Rabu, 15 Juni 2011

pengelolaan pembelajaran dan pengelolaan kelas

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pembelajaran adalah suatu aktivitas belajar-mengajar. Didalamnya ada dua subjek yaitu guru dan peserta didik. Tugas dan tanggung jawab utama seorang guru adalah mengelola pembelajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif diantara dua subjek pembelajaran yaitu guru sebagai penginisiatif awal dan pengarah serta pembimbing, sedangkan peserta didik sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan diri dalam pengajaran.
Pengajaran merupakan aktivitas yang sistematis dan sistemik yang terdiri atas banyak komponen. Masing-masing komponen pengajaran tidak bersifat terpisah atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan teratur, saling bergantung, komplementer, dan kesinambungan. Untuk itu diperlukan pengelolaan pembelajaran yang baik. Pengelolaan pembelajaran yang baik harus dikembangkan berdasarkan pada prinsip-prinsip pengajaran. Ia harus mempertimbangkan segi dan strategi pengajaran, dirancang secara sistematis, bersifat konseptual tetapi praktis relistik dan fleksibel, baik yang menyangkut masalah interaksi pengajaran, pengelolaan kelas, pengajaran, maupun penilaian pengajaran.
Pengertian pengelolaan pembelajaran adalah mengacu pada suatu upaya untuk mengatur aktivitas pengajaran berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengajaran untuk menyukseskan tujuan pembelajaran agar tecapai secara lebih efektif, efisien, dan produktif yang diawali dengan penentuan strategi dan perencanaan, dan diakhiri dengan penilaian.
Rumusan masalah:
1. Apa saja yang perlu dalam pengelolaan proses pembelajaran?
2. Apa saja yang ada dalam pengelolaan pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN

Pengelolaan Proses Pembelajaran
A. Prinsip-prinsip pembelajaran
a. Prinsip aktivitas
Belajar yang berhasil harus melalui beberapa macam aktivitas, baik aktivitas fisik atau psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau pasif. Peserta didik yang psikis adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran.
b. Prinsif motivasi
Suatu aktivitas belajar sangat lekat dengan motivasi. Perubahan sustu motivasi akan berubah pula wujud, bentuk dan hasil belajar. Ada tidaknya motivasi seorang individu untuk belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar itu sendiri.
B. Perencanaan Pembelajaran
Seorang guru harus mempunyai kemampuan dalam merencanalan pembelajaran karena kegiatan yang direncanakan dengan matang akan lebih terarah dan tujuan yang diinginkan akan mudah tercapai. Dengan demikian seorang guru, sebelum mengajar hendaknya merencanakan terlebih dahulu program pembelajaran, membuat persiapan pembelajaran yang hendak diberikan atau yang lebih dikenal dengan rencana pembalajaran (RP).
Pencana penbelajaran (RP) ini dibuat oleh guru untuk setiap kali pertemuan atau bias juga untuk 4 atau 5 kali pertemuan sekaligus. Dalam perencanaan tersebut harus memuat lima unsure seperti:
a. Tujuan intruksional
b. Bahan pembelajaran
c. Kegiatan pembelajaran
d. Metode dan alat bantu
e. Evaluasi atau penilaian
C. Tujuan Instruksional
Agar sungguh-sungguh membantu, seorang guru profesional harus merumuskan tujuannya dalam dalam bentuk prilaku siswa yang dapat diukur, yaitu: menunjukkan apa yang dapat dilakukan oleh siswa tersebut sesudah mengikuti pelajaran. Tujuan yang dirumuskan secara demikian hampir tidak menimbulkan keraguan-keraguan lagi dengan sasaran yang hendak yang dicapai guru. Hendaknya diperhatikan bahwa setiap kata-kata seperti tujuan jauh (goal), tujuan dekat (obyektive), sasaran (aim), dan maksud (inten) digunakan dalam arti yang sama.
Ciri pokok dari tujuan intruksional yang dirumuskan secara operasional ialah bahwa respons yang menandakan tercapainya tujuan secara memuaskan diuraikan secara jelas. Kalau tujuan sudah dirumuskan secara tepat, maka seharusnya tidak ada lagi kesulitan dalam menentukan apakah siswa telah mencapai tujuan secara memuaskan atau belum.
D. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan proses berlangsungnya belajar mengajar disekolah yang merupakan inti dari kegiatan pendidikan. Artinya merupakan proses terjadinya interaksi antara guru dan siswa dalam menyampaikan bahan pelajaran kepada siswauntuk mencapai tujuan pembelajaran.
Tahap tahap yang harus ditempuh oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah:
1. Tahap Pra Intruksional, yaitu tahap yang ditempuh pada saatmemulai proses pembelajaran meliputi:
a. Menanyakan kehadiran siswa.
b. Member kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasai.
c. Mengajukan pertanyaan mengenai pelajaranyang telah dibahas.
d. Mengulang pelajaran secara singkat, tetapi mencakup semua bahan.
2. Tahap Intruksional yaitu tahap pemberian bahan pelajaran meliputi:
a. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
b. Menjelaskan pokok materi yang akan dibahas.
c. Menjelaskan pokok materi yang telah dituliskan.
d. Memberikan contoh kongkrit pada setiap pokok materi yang telah dibahas.
e. Menggunakan media untuk mempermudah pemahaman siswa.
f. Menyimpulkan hasil bahasan.
3. Tahap Evaluasi, ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tahap intruksional diantaranya:
a. Mengjukan pertanyaan kepada beberapa siswaa mengenai matari palajaran yang telah dipelajari.
b. Akhiri pelajaran dengan memberitahukan materi yang akan dibahas berikutnya.
c. Member tuags atau PR kepada siswa untuk memparkaya pengetahuan siswa mengenai yang telah dibahas.
d. Bila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa kurang dari 70% maka guru harus mengulang pelajaran.

E. Mengenal Murid
Sebagai seorang guru kita harus dapat mengerjakan banyak hal untuk membimbing perkembangan dan pertumbuhan setiap murid, apabila murid-murid telah dikenal sebaik-baiknya. Karena itu, perlu diperlihatkan bahwa guru harus mengenal diri siswa dengan mempelajari minat, kebutuhan, masalah pridadi mereka secara individual. Dan usahakan para siswa mengetahui, bahwa antara guru dan siswa itu telah terjalin hubungan akrab.
Seorang guru seharusnya mempunyai keterangan yang lengkap tentang individu-individu murid, yang meliputi:
1. Latar belakang psikologi murid-murid yang meliputi hasil-hasil tes kecerdasan, tes perasaan, dan kecakapan, penyesuaian diri anak-anak di rumah dan masyarakat.
2. Latar belakang kemampuan murid-murid yang meliputi kemajuan dalam mata pelajaran yang akan diberikan.
3. Latar belakang kesehatan fisik murid-murid, seperti penglihatan, pendengaran dan lain-lain.
4. Latar belakang perhatian anak terhadap pendidikan, peradaban, dan kebudayaan.
5. Latar belakang kehidupan anak di rumah, yang meliputi status social ekonomi, pendidikan orang tua, dan lain-lain.
F. Penilaian, Pencatatan, dan Pelaporan Kemajuan Murid
Didalam pembelajaran memberikan angka bukanlah maksud utama dari penilaian. Tetapi guru harus mengetahui fungsi daripada penilaian ialah: mengetahui tingkat kemajuan, perkembangan murid dalam satu priode tertentu. Hasil dari penilaian akan dijadikan sebagai dasar untuk memperbaiki kemajuan setiap individu murid.
Rencana penilaian kelas meliputi:
1. Tujuan-tujuan objektif dari pelajaran itu.
2. Unit pelajaran untuk satu tahun.
3. Hasil-hasil belajar yang penting seperti: sikap, keterampilan, pengertian, pengetahuan, kualitas perseorangan, dan
4. Cara kerja bersama dalam penelitian.
G. Metode Mengajar
Mengajar secara efektif sangat tergantung pada pemilihan dan penggunaan metode mengajar yang serasi dengan tujuan mengajar. Cara belajar-mengajar yang baik ialah mempergunakan kegiatan murid-murid sendiri secara efektif dalam kelas, merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan sedemikian rupa secara kontinu dan juga melalui kerja kelompok. Jenis-jenis metode mengajar sebagai berikut:
a. Metode ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan. Metode ini efektif untuk penyampaian informasi dan pengertian.
b. Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung seperti guru bertanya siswa menjawab, atau sebaliknya. Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana materi pelajaran telah dikuasai oleh siswa.
c. Metode diskusi
Diskusi ialah suatu proses tukar menukar pendapat, informasi dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.
d. Metode kerja kelompok
Kerja kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil.
e. Metode demonstrasi
demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif, sebab membantu para siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta yang benar.
f. Metode tugas belajar dan resitasi
Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan di tempat lainnya.
H. Strategi Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar aktif. Menurut Hisyam Zaini dkk strategi pembelajaran aktif antara lain:
1. Critical Incident (Pengalaman Penting)
Stategi ini digunakan untuk memulai pelajaran. Tujuannya dari penggunaan strategi ini untuk melibatkan siswa sejak awal dengan melihat pengalaman mereka. Strategi ini dapat digunakan dengan maksimal pada mata pelajaran praktis.
2. Prediction Guide (Tebak Pelajaran)
Strategi ini digunakan untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran secara aktif dari awal sampai akhir. Dengan strategi ini siswa diharapkan dapat terlibat dalam pelajaran dan tetap mempunyai perhatian ketika guru menyampaikan materi.
3. Group Resume (Resume Kelompok)
Biasanya sebuah resume menggambarkan hasil yang telah dicapai oleh individu. Resume ini akan menjadi menarik untuk dilakukan dalam kelompok dengan tujuan membantu siswa menjadi lebih akrab atau melakukan team building (kerjasama kelompok) yang anggotanya sudah saling mengenal sebelumnya. Kegiatan ini akan lebih efektif jika resume itu berkaitan dengan materi yang sedang diajarkan.
4. Assessment search (Menilai Kelas)
Strategi ini dapat dilakukan dalam waktu yang cepat dan sekaligus melibatkan siswa untuk saling mengenal dan bekerjasama.
5. Questions Students Have (Pertanyaan dari Siswa)
Teknik ini merupakan teknik yang mudah dilakukan yang dapat dipakai untuk mengetahui kebutuhan dan harapan siswa. Teknik ini menggunakan elisitasi dalam memperoleh partisipasi siswa secara tertulis.
6. Active Knowledge Sharing (Saling Tukar Pengetahuan)
Strategi ini dapat digunakan untuk melihat tingkat kemampuan siswa disamping untuk membentuk kerjasama tim.
7. Listening Teams (Tim Pendengar)
Strategi ini membantu siswa untuk tetap konsentrasi dan terfokus dalam pelajaran yang menggunakan metode ceramah.strategi ini bertujuan membentuk kelompok yang mempunyai tugas atau tanggung jawab tertentu berkaitan dengan materi pelajaran.
8. Synergetic Teaching (Pengajaran Sinergis)
Strategi ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi hasil belajar dari materi yang sama dengan cara yang berbeda dengan membandingkan catatan mereka.
9. Active Debate (Debat Aktif)
Debat bias menjadi satu metode berharga yang dapat mendorong pemikiran dan perenungan terutama kalau siswa diharapkan dapat mempertahankan pendapat yang bertentangan dengan keyakinan mereka sendiri.
10. Jigsaw Learning (Belajar Model Jiqsaw)
Strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain.
11. Everyone Is A Teacher Here (Setiap orang Adalah Guru)
Strategi ini sangat tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara individual. Strategi ini memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk berperan sebagai guru bagi kawan-kawannya.

Pengelolaan Kelas Yang Efektif
A. Hubungan Pengelolaan Kelas dan Pengelolaan Pengajaran
Pengelolaan kelas dan pengelolaan pembelajaran adalah dua kegiatan yang sangat erat hubungannya namun dapat dan harus dibedakan satu sama lain karena tujuannya berbeda. Kalau pengajaran mencakup semua kegiatan yang secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pengajaran (menentukan entry behavior peserta didik, menyusun rencana pembelajaran, member inpormasi, bertanya, menilai, dan sebagainya), maka pengelolaan kelas menunjuk kepada kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan “raport”, penghentian tingkah laku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran dan sebagainya). Jadi didalam proses belajar-mengajar di sekolah dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu masalah pengajaran dan pengelolaan kelas.
Masalah pengelolaan kelas harus ditanggulangi dengan tindakan korektif pengelolaan, sedangkan masalah pengajaran harus ditanggulangi dengan tindakan korektif intruksional. Sebagai pemberian dasar serta penyiapan kondisi bagi terjadinya proses belajar yang efektif, pengelolaan kelas menunjuk kepada pengaturan orang maupun pengaturan fasilitas. Fasilitas disini mencakup pengertian yang luas mulai dari ventilasi, penerangan, tempat duduk, sampai dengan perencanaan program belajar-mengajar.
B. Masalah pengelolaan kelas
Masalah mengelola kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu masalah individual dan masalah kelompok. Meskipun seringkali perbedaan antara dua kelompok itu hanya merupakan perbedaan tekanan saja. Tindakan pengelolaan kelas seorang guru akan efektif apabila ia dapat mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah yang sedang dihadapi, sehingga pada gilirannya ia dapat memilih strategi penanggulangan yang tepat pula.
Rudorf Dreikurs dan Pearl Cassel membedakan empat kelompok masalah pengelolaan kelas individual yang berdasarkan asumsi bahwa semua tingkah laku individu merupakan upaya pencapaian tujuan pemenuhan keputusan untuk diterima kelompok dan kebutuhan untuk mencapai harga diri. Bila kebutuhan-kebutuhan ini tidak lagi dapat dipenuhi dengan cara-cara yang lumrah dapat diterima masyarakat, dalam hal ini masyarakat kelas, maka individu yang yang bersangkutan akan berusaha mencapainya dengan cara-cara lain. Dengan kata lain, dia akan berbuat tidak baik. Perbuatan-perbuatan untuk mencapai tujuan dengan cara yang asocial digolongkan sebagai berikut:
1. Tingkah laku yang mendapatkan perhatian orang lain (attention getting behaviors).
2. Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan (power seeking behaviors).
3. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain (revenge seeking behavior).
4. Peragaan ketidakmampuan.
Lois V. Johnson dan Mary A. Bany mengemukakan 6 kategori masalah kelompok dalam pengelolaan kelas. Masalah-masalah yang dimaksud yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Kelas kurang kohesif. Misalnya perbedaan jenis kelamin, suku, dan tingkat sosio-ekonomi.
2. Kelas mereaksi negative terhadap salah seorang anggotanya.
3. Membesarkan hati anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok.
4. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannyadari tugas yang telah digarap.
5. Semangat kerja rendah.
6. Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru.
C. Usaha Preventif Masalah Pengelolaan Kelas
Tindakan pengelolaan kelas adalah tindakan yang dilakukan oleh guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses belajar-mengajar berlangsung efektif. Tindakan guru tersebut dapat berupa tindakan pencegahan yaitu dengan jalan menyediakan kondisi baik fisik maupun kondisi sosio-emosional sehingga terasa benar oleh peserta didik rasa kenyamanan dan keamanan untuk belajar. Tindakan lain dapat berupa tindakan korektif terhadap tingkah laku peserta didik yang menyimpang dan merusak kondisi bagu proses belajar-mengajar yang sedang berlangsung.
Dimensi kolektif dapat terbagi menjadi dua yaitu tindakan yang seharusnya segera diambil guru pada saat terjadi gangguan dan tindakan penyembuhan terhadap tingkah laku yang menyimpang yang terlanjur terjadi agar penyimpangan tersebut tidak berlarut-larut. Dimensi pencegahan dapat merupakan tindakan guru dalam mengatur lingkungan belajar, mengatur peralatan, dan lingkungan sosio-emosional.
1. Kondisi dan Situasi Belajar-mengajar
a. Kondisi Fisik
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil belajar. Lingkungan fisik yang dimaksud adalah meliputi:
1. Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar
Ruangan tempat belajar harus memungkinkan semua bergerak leluasa tidak berdesak-desakan dan saling menggangu antara murid.
2. Pengaturan tempat duduk
Dalam pengaturan tempat duduk yang terpenting adalah memungkinkan terjadinya tatap muka.
Beberapa pengaturan tempat duduk di antaranya:
a. Berbaris berjajar
b. Pengelompokkan yang terdiri atas 8 sampai 10 orang
c. Setengah lingkaran seperti dalam teater
d. Berbentuk lingkaran
e. Individu yang biasanya terlihat diruang baca, di perpustakaan, atau diruang praktik laboratorium
f. Adanya dan tersedianya ruang yang sifatnya bebas di kelas di samping bangku tempat duduk yang diatur.
3. Ventilasi dan pengaturan cahaya
Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan peserta didik. Jendela harus cukup besar sehingga memungkinkan cahaya matahari masuk, dan memungkinkan oksigen masuk sehingga siswa dapat belajar dengan focus.
b. Kondisi sosio-emosional
Suasana sosio-emosional dalam kelas akan mepunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan peserta didik merupakan efektivitas tercapainya tujuan pengajaran.
1. Tipe Kepemimpinan
Tipe kepemimpinan yang lebih berat pada otoriter akan menhasilkan sikap peserta didik yang apatis dan menimbulkan sikap agresif. Tipe kepemimpinan yang menekan kepada sikap demokratis lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan peserta didik dengan dasar saling memahami dan saling mempercayai.
2. Sikap guru
Sikap guru dalam menghadapi peserta didik yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap sabar, dan tetap bersabar dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku peserta didik akan dapat diperbaiki.
3. Suara guru
Suara yang melengking tinggi atau senantiasa tinggi atau demikian rendah sehingga tidak terdengar oleh peserta didik secara jelas dari jarak yang jauh akan membosankan dan pelajaran tidak akan diperhatikan.
4. Pembinaan raport
Dengan hubungan baik guru peserta didik senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat, bersikap optimistik, serta realitik dalam kegiatan belajar yang dilakukannya.
D. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas
1. Behavior-Modification Approach
Pendekatan ini bertolak dari psikologi behavior. Untuk membina tingkah laku yang dikehendaki guru harus member penguatan positif (member stimulus positif sebagai ganjaran) atau penguatan negatif (menghilangkan hukuman, suatu stimulus negatif). Sedangkan untuk mengurangi tingkah laku yang tidak dikehendaki, guru menggunakan hukuman.
2. Socio-Emotional-climate approach
Pendekatan pengelolaan kelas ini mengasunsikan bahwa proses belajar mengajar yang efektif mempersyaratkan iklim sosio-emosional yang baik dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan peserta dan antara peserta didik, dan guru menduduki posisi terpenting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik itu.
3. Group-Processess Approach
Pendekatan ini didasarkan pada psikologi social dan dinamika kelompok dengan asumsi pokoknya adalah pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks kelompok social dan tugas guru yang terutama dalam mengelola kelas adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif.
4. Eclectic approach
Pendekatan ini meliputi pendekatan-pendekatan pengelolaan kelas yang potensial, dalam hal ini pendekatan perubahan tingkah laku, penciptaan iklim sosio-emosional dan proses kelompok. Dan dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur dengan baik dalam masalah pengelolaan kelas.
E. Hambatan Pengelolaan Kelas
Masalah pengelolaan kelas tebai tiga kategori yaitu:
1. Masalah yang ada dalam wewenang guru
2. Masalah yang ada dalam wewenang sekolah
3. Masalah yang ada diluar wewenang guru dan sekolah



BAB III
PENUTUP

Simpulan:
1. Pengelolaan pembelajaran yang baik harus dikembangkan berdasarkan prinsip pembelajaran menyangkut rencana, strategi, metode, dan lain-lain.
2. Usaha guru dalam mengelola kelas sesuai dengan kondisi yang diharapkan akan efektif apabila:
a. Diketahui secara tepat faktor-faktor yang dapat mendukung terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar.
b. Dikenal masalah-masalah yang diperkirakan dan biasanya timbul dan dapat merusak iklim belajar-mengajar.
c. Menguasai berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan dan untuk masalah mana suatu pendekatan digunakan.




















DAFTAR PUSTAKA

W. James Popham, Eva L. Baker, Teknik Mengajar Secara Sistematis, Rineka Cipta, Jakarta,2003.
Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Pt remaja Rosdakarya, Bandung, 2002.
Subdjana Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 1987.
Sabri Ahmad, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, Quantum Teaching, Jakarta, 2005.
Rohani Ahmad, Pengelolaan Pembelajaran edisi revisi, Rineka Cipta, Jakarta, 2004.
Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, CV. Rajawali, Jakarta, 1991.

1 komentar: